Kuliah
Wah, kelasnya sejuk, kursinya enak dipakai, dan wow, kelengkapan kelasnya memadai. Itulah yang saya rasakan pertama kali saat duduk di ruang teori 2 di hari pertama kuliah. Selama saya mengikuti pelajaran pada jam tersebut tidak ada hal yang terlalu mengganggu. Dosen yang mengampu juga termasuk golongan dosen yang menyenangkan, nilai tambah untuk kesan yang baik. Teman-teman sekelas juga terkesan sebagai anak yang baik-baik, sampai saat ini setidaknya.
Saya mengira kelas teori akan membosankan karena waktunya yang relatif lama jika dibandingkan dengan durasi waktu 1 jam pelajaran di SMA. Tapi ternyata tidak, waktu berjaln tanpa saya sadari. Biasanya saat mengikuti pelajaran di SMA saya sering menghitung menit demi menit waktu jam istirahat atau jam pulang sekolah. Saya berharap agar di bangku kuliah ini saya tidak seperti itu lagi untuk seterusnya.
Hari pertama ini hanya diisi oleh 2 mata pelajaran, sejarah seni rupa Indonesia dan gambar bentuk. Setelah jam mata pelajaran sejarah seni rupa Indonesia selesai saya bersemangat untuk mengikuti kelas terakhir, yaitu gambar bentuk. Di sinilah “pengalaman yang sangat menyenangkan” dimulai.
Untuk menanti pelajaran yang tidak kunjung mulai, saya menanti di luar kelas. Saya duduk di lantai luar bersama teman-teman. Saat mengamati lingkungan sekitar saya melihat lantai yang kami duduki kotor. Benar-benar hal yang logis, karena kami duduk di udara terbuka. Saat sedang asyik mengamati tiba-tiba, ckiiit….. Saya digigit nyamuk. Di saat itulah saya tersadar bahwa kami dikelilingi oleh pasukan nyamuk yang siap menyerang. Perang tepuk nyamukpun tidak dapat kami hindari. Beberapa nyamuk dapat kami bunuh dengan mengenaskan.
Karena tidak ada hal yang menarik untuk dilihat dan berhubung dosennya sudah datang, kami semua masuk kelas. Ruangan kelas yang menyambut kami benar-benar berkesan. Ada WC di dalam kelas, kanvas bertumpuk di tepi-tepi kelas, dan yang paling mengesankan menurut saya adalah lantainya! Kotor sekali. Selama jam mata pelajaran itu kami terpaksa duduk di lantai kelas tersebut karena di kelas tersebut tidak tersedia kursi. Tapi anehnya kami tidak merasa risih dengan kelas yang berantakan dan kotor tersebut. Sebaliknya, kami merasa cukup nyaman.
Waktu terus berjalan dan akhirnya waktunya untuk pulang. Saya bersyukur bisa kuliah di UNY tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar